Gan kali ini ane mau share tempat yang mesti agan kunjungi kalo dateng ke surabaya . langsung aja gan tanpa basabasi.
KAMPUNG WISATA LINGKUNGAN JAMBANGAN
Wisata Lingkungan Jambangan menjadi istimewa, karena ia didukung oleh
geliat warga yang natural dalam mengelola kampungnya. Sekitar tahun
1970-an, banyak warga dari pusat kota Surabaya dan Gresik bergeser ke
wilayah Jambangan. Sejak tahun-tahun sebelumnya, banyak warga pendatang
yang kemudian bermukim di wilayah ini. Mereka tinggal, bercocok tanam,
dan mendulang kehidupan dari perkampungan ini. Lambat laun, jumlah
pemukim meningkat dan membuat kampung ini menjadi ramai. Waktu itu,
kedatangan mereka tidak dibarengi dengan penataan lingkungan yang sehat.
Sepanjang pinggir kali Surabaya dipenuhi sampah dan kakus semipermanen.
Singkat cerita, akibat kekumuhan itu, muncullah Sriyatun (alm) yang
berinisiatif melakukan sosialisasi untuk menciptakan lingkungan bersih.
Konon, lebih dari 35 tahun ia berusaha mengubah perilaku warga untuk
tidak buang hajat di sungai. Alhasil, usahanya berhasil dan membuahkan
penghargaan Kalpataru untuknya pada 2008. Penasaran, coba berkunjung ke
sana...
MONUMEN KAPAL SELAM (MONKASEL)
Dimasanya, perannya besar dalam mempertahankan kedaulatan negeri ini.
Kini jadi ikon dan wisata kota. Monumen Kapal Selam, lebih dikenal
dengan Monkasel, berdiri gagah di bibir sungai Kalimas Surabaya. Menebar
aura perkasa, sama tegarnya ketika dulu masih bertugas dalam jajaran
alutsista TNI Angkatan Laut RI. Menghormati peran dan pengabdiannya,
sekaligus meneruskan kisah sejarah dari generasi ke generasi. KRI
Pasopati 410, dipajang sebagai monumen sekaligus menjadi destinasi
wisata kota dan pembelajaran bagi masyarakat kota.
Sekilas menengok perjalanan sejarah, kapal selam bernomor lambung 410
ini. KRI Pasopati pensiun dari tugasnya sejak 25 Januari 1990. Kapal
selam jenis SS tipe Whiskey Class, dibuat di Vladi Wostok, Rusia tahun
1952. Berpartisipasi di TNI AL sejak 29 Januari 1962. Perannya tidak
main-main, KRI Pasopati bertugas menghancurkan garis lintas musuh dan
pengintaian. Satu perannya yang tak terlupakan, aktif terlibat langsung
di garis depan pada Operasi Trikora, saat merebut Irian Barat. TNI
Angkatan Laut RI menggunakan KRI Pasopati untuk memberikan
tekanan-tekanan psikologis terhadap lawan. Anda pasti ingin lebih tahu
isi perut kapal selam...
MASJID MUHAMMAD CHENG HOO
Masjid Cheng Ho Surabaya bagai monumen sekaligus laboratorium spiritual.
Muslim Tionghoa Surabaya melakukan pergulatan keagamaan di kompleks
masjid ini untuk beribadah maupun berdialektika sejarah dalam suasana
damai. Masjid Muhammad Cheng Ho, Surabaya merupakan representasi mimpi
masyarakat muslim Tionghoa akan sebuah tempat ibadah. Bangunan masjid
seluas 231 meter persegi yang berada di komplek PITI (Pembina Iman
Tauhid Islam) di Jalan Gading Surabaya itu mengambil bentuk yang
menonjolkan kekhasan budaya Tionghoa. Bentuk masjid yang menjadi acuan
adalah Masjid Niu Jie di Beijing, yang dibangun pada tahun 996 masehi.
“Dari literatur yang kami punya, kami sangat tertarik dengan masjid
ini,” tandas Willy Pangestu, salah satu pengurus wilayah PITI Jawa
Timur.
Pembangunan masjid yang dimulai sejak Oktober 2001 itu selesai hanya
dalam waktu enam bulan dengan biaya sekitar Rp 700 juta. Boleh dikata,
masjid ini berdiri atas dukungan semua masyarakat, termasuk masyarakat
Tionghoa non-muslim. “Yang kami dapat benar-benar spirit dari banyak
pihak,” jelas Willy.
MONUMEN JALESVEVA JAYAMAHE
Tak kalah dengan New York yang memiliki kebanggaan Patung Liberty,
Surabaya punya Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya) sebagai ikon
kebanggaan. Sosok perwira menengah berpangkat kolonel, berpakaian
lengkap (tenue PDU-I) menatap ke arah laut mewakili generasi bahari yang
akrab di sanubari masyarakat Surabaya. Monumen dengan ketinggian 31
meter, berdiri di atas bangunan setinggi 29 meter itu bukan hanya
tetenger TNI AL semata. Patung itu juga berfungsi sebagai mercusuar
pemandu bagi kapal-kapal yang melintas di laut sekitarnya.
Monjaya dibangun sejak 1990 dengan biaya Rp 27 milyar. Patung inipun
disebut-sebut tertinggi kedua di dunia setelah Patung Liberty yang
berada di mulut pelabuhan New York, dengan ketinggian 85 meter. Monumen
sang kolonel itu berangka baja dan berkulit tembaga, dirancang oleh
pematung kenamaan asal Bandung, Nyoman Nuarta.
Pendirian monumen yang digagas Laksamana TNI Muhammad Arifin, Kepala
Staf TNI Angkatan Laut pada waktu itu, diharapkan dapat menambah
semaraknya Ujung Surabaya, yang berarti ikut menambah indahnya Surabaya
sebagai kota Pahlawan dengan sang kolonel sebagai ikon kebanggaannya.
Di pelataran Monjaya, terdapat sebuah gong besar yang dibuat dan
diresmikan bersamaan dengan patung Monjaya. Gong raksasa tersebut
berdiameter 5 meter, tebal 6 milimeter, berat 2,2 ton. Gong tersebut
biasa disebut Kiai Tentrem.
MUSEUM KESEHATAN
Dunia medis telah berkembang demikian pesat. Lalu benarkah sebagiannya
bermula dari tradisi pengobatan tradisional berbau “mistis”? Apakah
santet benar-benar ada? Apakah bisa diperacaya, sakit yang diderita
seseorang karena ada paku, rambut, gotri, atau tanah kuburan, di perut
dan dadanya? Jawabannya bisa Anda temukan di Museum Kesehatan yang
berlokasi di Jl. Indrapura 17 Surabaya. Ya, di museum yang kerap disebut
orang sebagai museum santet ini, cukup menyediakan catatan ilmiah dari
hasil penelitian bidang kesehatan yang berkembang di tanah jamrud
katulistiwa ini.
Di salah satu ruang pamernya, terdapat etalase khusus yang menyimpan
segala hal menyangkut santet. Ada alat santet berbentuk mangkok gerabah
dan boneka orang dengan perut tertancap paku. Ada telor busuk, rambut,
benang, dan banyak lagi. “Alat santet itu kita dapatkan dari dukun
santet asli. Sedangkan yang ada di sekitarnya adalah barang-barang yang
berhasil di keluarkan dari tubuh orang yang terkena santet,” jelas
Mubaroch, Kepala Subbid Jaringan Informasi dan Perpustakaan Puslitbang
Sisjakkes (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan
Kesehatan).
TUGU PAHLAWAN & MUSEUM PERJUANGAN 10 NOPEMBER
Monumen perjuangan Arek-arek Suroboyo itu, terasa kian tenggelam oleh
perkembangan kota yang kian beringas. Monumen Tugu Pahlawan 10 November
1945 di kota Surabaya, terletak di bekas markas Ken Pe Tai atau polisi
militer Jepang. Pada masa penjajahan Belanda gedung tersebut dikenal
sebagai kantor Raad Van Justitie (gedung pengadilan tinggi). Gedung yang
persis berhadapan dengan kantor Gubernur Jawa Timur itu, hancur pada
pertempuran 10 November 1945 lalu.
Dipilihnya lokasi ini untuk berdirinya Monumen Perjuangan, dianggap
sangat tepat. Karena di tempat inilah pertempuran yang paling dahsyat
terjadi. Di sini pula Arek-arek Suroboyo berhasil melucuti senjata
tentara Jepang, yang dekat viaduct, tempat pertahanan terkuat dalam
menghadapi sekutu. Anda juga harus tahu, apa saja yang terekan di masa
perjuangan di lokasi itu...
EKOWISATA MANGROVE WONOREJO
Surabaya patut berbangga karena memiliki Hutan Mangrove Wonorejo,
Rungkut. Artinya, geliat perkembangan kota segemerlap apa pun, tetap
menyisakan lahan penyelamat lingkungan dari bahaya erosi dan banjir.
Bozem Wonorejo, di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya), yang masih dalam
tahap pengembangan oleh pemerintah kota ini, selain difungsikan sebagai
bendungan juga dapat dimanfaatkan sebagai wisata air dan ekowisata. Ide
pengembangan wisata mangrove Surabaya ini, sekaligus sebagai upaya untuk
memanfaatkan waduk untuk mengendalikan banjir.
Ekowisata Mangrove Wonorejo ini pun makin ditata dan dijadikan salah
satu tempat referensi bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara. Ketua
pengelola tempat ekowisata mangrove, Joko Suwondo, mengatakan tempat
ini memiliki potensi besar untuk menarik pengunjung datang berwisata
pantai dan wisata hutan bakau yang ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan
mangrove yang juga dapat dibudidayakan keberadaannya. Buktikan dengan
datang langsung ke sana...
segitu aja gan info dari ane moga bermanfaat.....
sumber
0 komentar:
Posting Komentar